LoginDaftar

Liputan Binongko

Tikar Binongko: Anyaman Daun Pandan Berduri, Jejak Kearifan Lokal yang Hampir Punah

Tanggal: 2025-10-17T12:46:13.570Z | 185x dilihat
Tikar Binongko: Anyaman Daun Pandan Berduri, Jejak Kearifan Lokal yang Hampir Punah

Di ujung timur Kepulauan Wakatobi, tepatnya di Pulau Binongko, terdapat sebuah warisan budaya yang menyimpan nilai tinggi tentang ketekunan dan keharmonisan dengan alam. Warisan itu adalah tikar Binongko, anyaman tradisional yang dibuat dari daun pandan berduri. Di tengah derasnya arus modernisasi dan produk pabrikan, tikar ini kini menjadi saksi bisu dari kearifan lokal yang perlahan mulai tergerus zaman.

Bagi masyarakat Binongko, tikar bukan hanya benda fungsional sebagai alas duduk atau tidur. Ia adalah simbol kehangatan, kesederhanaan, dan kerja keras. Pembuatan satu lembar tikar memerlukan kesabaran, keterampilan tangan yang terlatih, serta pemahaman mendalam terhadap bahan alam yang digunakan. Prosesnya dimulai dari pencarian daun pandan berduri di tepi pantai. Jenis pandan ini memiliki duri tajam di sepanjang daunnya, sehingga pengambilan dan pengolahan awal menuntut kehati-hatian tinggi.

Setelah dipetik, daun pandan dijemur di bawah terik matahari hingga kering sebagian. Proses ini tidak hanya mengurangi kadar air, tetapi juga menguatkan serat daun agar tidak mudah patah saat dianyam. Daun yang telah kering kemudian direbus agar lebih lentur, lalu dijemur kembali hingga mencapai tingkat kekeringan tertentu. Sebagian pengrajin memberi warna alami dengan merendam daun dalam air rendaman kulit kayu atau akar tertentu, menciptakan corak kuning kecokelatan yang khas.

Tahap selanjutnya adalah mengiris dan menipiskan daun menjadi pita-pita panjang. Setiap helai dihaluskan dengan alat sederhana, biasanya menggunakan tulang ikan atau batok kelapa, hingga permukaannya licin. Setelah siap, proses menganyam pun dimulai. Pola anyaman tikar Binongko mengikuti bentuk geometris yang teratur dan simetris—hasil dari pengalaman turun-temurun yang diwariskan secara lisan dan praktik langsung antar generasi.

Dalam budaya Binongko, perempuan memegang peranan penting sebagai pengrajin tikar. Sejak remaja, mereka belajar menganyam dari ibu atau neneknya. Aktivitas ini bukan sekadar pekerjaan rumah, tetapi juga menjadi sarana sosial dan pewarisan nilai budaya.

Dahulu, para perempuan dan remaja Binongko tidak selalu menganyam tikar di rumah. Mereka justru sering membawa bahan-bahan pandan berduri ke gua-gua alami yang banyak terdapat di pesisir pulau. Di tempat teduh dan sejuk itu, mereka bekerja sambil bercengkerama, saling bertukar cerita, dan belajar dari para pengrajin yang lebih tua. Gua-gua tersebut sekaligus menjadi ruang pertemuan sosial bagi para muda-mudi pada masa lampau—tempat di mana keterampilan, kebersamaan, dan perasaan saling mengenal tumbuh secara alami. Dalam suasana remang dan tenang di dalam gua, suara gesekan daun pandan dan tawa ringan menjadi irama kehidupan masyarakat Binongko tempo dulu. Aktivitas menganyam tikar di gua bukan hanya pekerjaan tangan, melainkan juga bagian dari tradisi yang mempererat hubungan antarmanusia dan alam sekitarnya.

Kini, tradisi menganyam tikar mulai jarang dilakukan. Generasi muda lebih tertarik pada aktivitas modern, sementara bahan baku pandan berduri semakin sulit ditemukan karena banyak wilayah pesisir berubah fungsi. Beberapa pengrajin tua kini menjadi saksi hidup dari keterampilan yang semakin langka. Tikar-tikar hasil karya mereka bukan sekadar barang rumah tangga, tetapi juga artefak budaya yang merekam nilai-nilai ekologis dan sosial masyarakat Binongko.

Tikar Binongko kini berada di ambang kepunahan. Jika tidak diwariskan kembali kepada generasi muda, maka bukan hanya teknik menganyam yang hilang, tetapi juga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dalam setiap helai anyaman pandan berduri, tersimpan pelajaran tentang ketelitian, kesabaran, dan penghargaan terhadap alam. Tikar ini adalah warisan yang menegaskan jati diri masyarakat Binongko—warisan yang layak dijaga agar tidak benar-benar lenyap ditelan waktu.

Berita Populer

Berita Lainnya