Liputan Binongko – Dari gugusan kepulauan Wakatobi, nama Pulau Binongko selalu melekat dengan dua hal: pandai besi dan pelayar tangguh. Sejak ratusan tahun lalu, masyarakat Binongko dikenal sebagai pelayar ulung yang mampu menaklukkan gelombang tinggi di Laut Banda. Keberanian dan kemampuan mereka di laut bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga warisan budaya yang terus dijaga hingga kini.
Sejak masa nenek moyang, laut bagi orang Binongko bukan sekadar tempat mencari ikan. Laut adalah jalan hidup, sumber rezeki, dan bagian dari jati diri mereka sebagai anak Wakatobi. Dari pesisir kecil di ujung tenggara Sulawesi Tenggara ini, para pelaut Binongko berlayar jauh menembus batas wilayah, bahkan mencapai pulau-pulau di Maluku, Flores, hingga Nusa Tenggara. Mereka dikenal luas karena keuletan, keberanian, dan kecerdikan dalam membaca tanda-tanda alam.
“Sejak kecil kami sudah diajarkan untuk membaca arah angin, arus laut, dan posisi bintang. Itulah sekolah kami di laut,” kata Suwu, seorang Pelayar asal Kelurahan Popalia.
Kemampuan membaca alam ini diwariskan turun-temurun. Di setiap rumah nelayan, anak-anak Binongko tumbuh dengan cerita tentang keberanian leluhur mereka yang berlayar menggunakan perahu kayu sederhana. Kapal tradisional seperti lepa-lepa dan soppe menjadi saksi sejarah perjalanan panjang orang Binongko dari masa ke masa. Meskipun kini teknologi navigasi sudah modern, banyak pelaut masih memegang prinsip lama: “percaya pada laut dan hormati angin.”
Tidak hanya tangguh, pelaut Binongko juga dikenal jujur dan berdisiplin tinggi. Nilai-nilai moral ini menjadi bekal utama mereka dalam menghadapi kerasnya kehidupan di laut. Bagi mereka, laut bukan musuh, melainkan sahabat yang harus dihargai. Karena itu, mereka selalu menjaga keseimbangan alam dan tidak serakah dalam mengambil hasil laut.
Kini, semangat pelayaran orang Binongko tidak luntur meski zaman berubah. Generasi muda mulai memperkenalkan kembali warisan bahari ini melalui kegiatan wisata dan festival budaya. Pemerintah daerah juga mulai mendukung dengan memperkuat sektor wisata bahari dan pembuatan perahu tradisional, agar tradisi ini tetap hidup di tengah modernisasi.
> “Kami ingin anak-anak muda Binongko bangga dengan identitasnya sebagai pelaut. Ini bukan hanya soal mencari ikan, tapi tentang sejarah dan kebanggaan,” ujar seorang tokoh adat setempat.
Pulau Binongko memang kecil, tapi semangat masyarakatnya besar. Dari laut mereka hidup, dari laut pula mereka belajar arti keberanian, keteguhan, dan persaudaraan. Tradisi berlayar menjadi simbol ketangguhan orang Binongko yang tak takut menghadapi badai, baik di laut maupun dalam kehidupan.
---
Fakta Menarik
Pulau Binongko juga dikenal sebagai “Pulau Pandai Besi”, karena keahlian penduduknya membuat parang dan alat pertanian tradisional.
Banyak pelaut Binongko kini menjadi awak kapal modern yang berlayar di seluruh Indonesia.
Tradisi pembuatan kapal kayu masih dilestarikan dan menjadi daya tarik wisata budaya.
---
Tagar:
#LiputanBinongko #Wakatobi #Binongko #PelayarTangguh #BudayaBahari #SulawesiTenggara